Langsung ke konten utama

Askep Angina Pektoris

Asuhan Keperawatan Angina Pektoris | Di dalam askep Angina Pektoris ini, kita akan membahas tentang apa itu Angina Pektoris, penggolongannya, gejala dan tanda, penanganan, penatalaksanaan dan pencegahan.
A. Definisi Angina Pektoris
Coronary Artery disease adalah penyakit yang berkaitan dengan kerusakan pada arteri koroner seperti angina pectoris dan infark miokard. Beberapa ahli juga menyebutkan dengan istilah Acute Coronery Syndrome (ACS – sindrom koroner akut). Pengertian klinis angina adalah keadaan iskemia miokard karena kurangnya suplai oksigen ke sel-sel otot jantung (miokard) yang disebabkan oleh penyumbatan atau penyempitan arteri koroner, peningkatan beban kerja jantung, dan menurunnya kemampuan darah mengikat oksigen.
Angina pectoris berasal dari bahasa yunani yang berarti “cekikan dada” yaitu gangguan yang sering terjadi karena atherosclerotic heart disease. Terjadinya serangan angina menunjukan adanya iskemia. Iskemia yang terjadi pada angina terbatas pada durasi serangan dan tisak menyebabkan kerusakan permanaen jaringan miokard. Namun, angina merupakan hal yang mengancam kehidupan dan dapat menyebabkan disritmia atau berkembang menjadi infark miokard.(Wajan J.U, 2010).
Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas berhenti. (Prof. Dr. H.M. Sjaifoellah Noer, 1996).
Angina Pektoris adalah nyeri dada yang ditimbukan karena iskemik miokard dan bersifat sementara atau reversibel.  (Dasar-dasar keperawatan kardiotorasik, 1993).
Angina pektoris adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis rasa tidak nyaman yang biasanya terletak dalam daerah retrosternum. (Penuntun Praktis Kardiovaskuler).
B. Klasifikasi Angina Pektoris
Angina diklasifikasikan dalam tipe-tipe yaitu Stable (Stable Exertional) angina. Unstable (Crescendo/pre-infarction) angina dan Variant (Prinzmetal’s) angina.
Stable angina menggambarkan nyeri dada yang timbul saat peningkatan aktivitas fisik maupun stress emosional. Dengan tanda-tanda khas yaitu serangan merupakan gejala baru dan stabil, durasi dan intensitas gejala stabil.
Unstable angina berkaitan dengan nyeri dada yang timbul karena aktivitas dengan derajat yang sulit diramalkan dengan tanda khas yaitu peningkatan frekuensi serangan dan intensitas nyerinya.
Variant angina digambarkan sebagai nyeri dada yang biasanya terjadi selama istirahat atau tidur daripada selama aktivitas. Variant angina terutama disebabkan oleh spasme arteri koroner. Klien dengan variant angina mungkin tidak menunjukan tanda aterosklerotik pada arteri koroner. (Wajan J.U. 2010).
C. Etiologi Angina Pektoris
Faktor penyebab Angina Pektoris antara lain:
  1. Riwayat merokok (Baik perokok aktif maupun perokok pasif)
  2. Angina disebabkan oleh penurunan aliran darah yang menuju area jantung. Keadaan ini paling sering dipicu oleh coronary artery disease (CAD). Kadang-kadang , jenis penyakit jantung yang lain atau hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan angina.
  3. Ateriosklerosis
  4. Spasme arteri koroner
  5. Anemia berat
  6. Artritis
  7. Aorta Insufisiensi
Faktor resiko antara lain adalah:
Dapat Diubah (dimodifikasi)
  • Diet (hiperlipidemia)
  • Rokok
  • Hipertensi
  • Stress
  • Obesitas
  • Kurang aktifitas
  • Diabetes Mellitus
  • Pemakaian kontrasepsi oral
Tidak dapat diubah
  • Usia
  • Jenis Kelamin
  • Ras
  • Herediter
Faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan antara lain:
  1. Emosi
  2. Stress
  3. Kerja fisik terlalu berat
  4. Hawa terlalu panas dan lembab
  5. Terlalu kenyang
  6. Banyak merokok
D. Patofisiologi
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidak adekuatan suplay oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekakuan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan ateriosklerosis.
Ateriosklerosis merupakan penyakir arteri koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner berdilatasi dan megalirkan lebih banyak darah dan oksigen keotot jantung.
Namun apabila arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.
Angina Pectoris Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No (nitrat Oksida yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang memperberat penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang.
Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75 %. Bila penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu dengan aktifitas berlebihan maka suplai darah ke koroner akan berkurang.
Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi mereka. Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila kenutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya asam laktat nyeri akan reda.
Sejumlah faktor yang dapat menimbulkan nyeri Angina Pektoris:
  1. Latihan fisik dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan oksigen jantung.
  2. Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokontriksi dan peningkatan tekanan darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen.
  3. Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesentrik untuk pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah unuk supai jantung.
  4. Stress atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan, menyebabkan frekuensi jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan meningkatnya tekanan darah dengan demikian beban kerja jantung juga meningkat.
E. Gejala dan Tanda
  1. Stable angina
    • Nyeri dada timbul setelah melakukan kegiatan atau mengalami stress psikis atau emosi tinggi
    • Serangan berlangsung kurang dari 10 menit dan stabil (frekuensi, lama serangan factor pencetus menetap dalam 30 hari terakhir).
    • Pola EKG
  • Pada fase istirahat : normal
  • Exercise test EKG (treadmill test), segmen STdepresi, gelombang T intervensi (arrow head)
  1. Laboratorium : kadar kardiak iso-enzim normal.
  2. Serangan nyeri dada hilang bila klien beristirahat dan mendapat obat nitrogliserin (vasodilator).
  3. Unstable angina
    • Nyeri dada timbul saat istirahat dan melakukan aktivitas.
    • Nyeri lebih hebat dan frekuensi serangan lebih sering.
    • Serangan berlangsung sampai dengan 30 menit atau lebih.
    • Saat serangan timbul biasanya disertai tanda-tanda sesak napas, mual, muntah, dan diaforsis.
    • Pola EKG: segmen ST depresi saat serangan dan setelah serangan (muncul sebagian).
    • Serangan nyeri dada hilang bila klien mendapat terapi nitrogliserin, narkotik(phetidin/morphin), bed rest total, dan bantuan oksigenasi.
    • Variant atau prinzmetal angina
    • Nyeri dada timbul saat istirahat maupun melakukan aktivitas.
    • Dapat terjadi tanpa aterosklerosis koroner.
    • Kadang-kadang disertai disritmia dan konduksi abnormal.
    • EKG : segmen ST elevasi saat serangan, namun normal bila serangan hilang.
    • Tanda-tanda lain hampir sama dengan unstable angina.
    • Serangan nyeri dada hilang bila klien mendapat terapi nitrogliserin dan obat antispasme arteri.
F. Mekanisme Angina
G. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan penunjang
  1. Elektrokardiogram
    Gambaran elektrokardiogram (EKG) yang dibuat pada waktu istirahat dan bukan pada waktu serangan angina seringkali masih normal. Gambaran EKG kadang-kadang menunjukkan bahwa pasien pernah mendapat infark moikard pada masa lampau. Kadang-kadang EKG menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan angina. Kadang-kadang EKG menunjukkan perubahan segmen ST dan gelombang T yang tidak khas. Pada waktu serangan angina, EKG akan menunjukkan adanya depresi segmen ST dan gelombang T menjadi negatif.
  2. Foto Rontgen Dada
Foto rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang normal, tetapi pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar dan kadang-kadang tampak adanya kalsifikasi arkus aorta.
  1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina pectoris. Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark miokard jantung akut maka sering dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGOT, atau LDH. Enzim tersebut akan meninggi pada infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid darah seperti kadar kolesterol, HDL, LDL, dan trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan faktor resiko seperti hiperlipidemia dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk menemukan diabetes mellitus yahng juga merupakan faktor risiko bagi pasien angina pectoris.
  1. Uji Latihan Jasmani
Karena pada angina pectoris gambaran EKG seringkali masih normal, maka seringkali perlu dibuat suatu ujian jasmani. Pada uji jasmani tersebut dibuat EKG pada waktu istirahat lalu pasien disuruh melakukan latihan dengan alat treadmill atau sepeda ergometer sampai pasien mencapai kecepatan jantung maksimal atau submaksimal dan selama latihan EKG di monitor demikian pula setelah selesai EKG terus di monitor. Tes dianggap positif bila didapatkan depresi segmen ST sebesar 1 mm atau lebih pada waktu latihan atau sesudahnya. Lebih-lebih bila disamping depresi segmen ST juga timbul rasa sakit dada seperti pada waktu serangan, maka kemungkinan besar pasien memang menderita angina pectoris.
Di tempat yang tidak memiliki treadmill, test latihan jasmani dapat dilakukan dengan cara Master, yaitu latihan dengan naik turun tangga dan dilakukan pemeriksaan EKG sebelum dan sesudah melakukan latihan tersebut.
  1. Thallium Exercise Myocardial Imaging
Pemeriksaan ini dilakukan bersama-sama ujian latihan jasmani dan dapat menambah sensifitas dan spesifitas uji latihan.thallium 201 disuntikkan secara intravena pada puncak latihan, kemudian dilakukan pemeriksaan scanning jantung segera setelah latihan dihentikan dan diulang kembali setelah pasien sehat dan kembali normal. Bila ada iskemia maka akan tampak cold spot pada daerah yang yang menderita iskemia pada waktu latihan dan menjadi normal setelah pasien istirahat. Pemeriksaan ini juga menunjukkan bagian otot jantung yang menderita iskemia.
H. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan medis angina adalah untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung dan untuk meningkatkan suplai oksigen. Secara medis tujuan ini dicapai melalui terapi farmakologi dan kontrol terhadap faktor risiko. Secara bedah tujuan ini dapat dicapai melalui revaskularisasi suplai darah jantung melalui bedah pintas arteri koroner atau angiosplasti koroner transluminar perkutan (PCTA = percutaneous transluminal coronary angioplasty). Biasanya diterapkan kombinasi antara terapi medis dan pembedahan.
Tiga teknik utama yang menawarkan penyembuhan bagi klien dengan penyakit arteri koroner mencakup penggunaan alat intrakoroner untuk meningkatkan aliran darah, penggunaan laser untuk menguapkan plak dan endarterektomi koroner perkutan untuk mengangkat obstruksi. Penelitian yang bertujuan untuk membandingkan hasil akhir yang dicapai oleh salah satu atau seluruh teknik di atas, melalui bedah pintas koroner dan PTCA sedang dilakukan. Ilmu pengetahuan terus dikembangkan untuk mengurangi gejala dan kemunduran proses angina yang diderita pasien.
I. Pencegahan
Aterosklerosis koroner adalah penyebab utama kematian dicegah di Amerika Serikat. Sebuah upaya ketat untuk mengatasi faktor risiko diperbaiki adalah andalan kedokteran kardiovaskular pencegahan.
Berhenti merokok adalah satu intervensi pencegahan yang paling efektif untuk mengurangi prevalensi aterosklerosis koroner. Ini telah dikaitkan dengan penurunan penyakit arteri koroner 7-47% dalam pengaturan pencegahan primer.
Pengobatan agresif diabetes mellitus, hipertensi, hipertrofi LV, hiperlipidemia, dan obesitas memiliki peran penting dalam pencegahan penyakit arteri koroner.
Perkembangan terbaru yang paling penting dalam modifikasi risiko aterosklerosis koroner adalah pengenalan inhibitor beta-hidroksi-beta-methylglutaryl A reduktase koenzim. Pengurangan kadar kolesterol total dan LDL sebesar 25% dan 35%, masing-masing, dapat mencapai pengurangan serupa di tingkat kematian total dan koroner, MI, dan kebutuhan untuk revaskularisasi koroner.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Manfaat Kopi Hitam

Cara Menghilangkan Keloid

Makanan Yang Menaikkan Trombosit